MACAM-MACAM
KHAT DAN CIRINYA
A. Macam-Macam
khat dan Cirinya
Diwani
adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani.
Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif.
Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan
Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada
kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan
pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter
Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak
mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani
beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer
menulis dengan Diwani.
Diwani
memiliki tiga macam bentuk, yaitu:
- Khat
Diwani 'Adi
Diwani
'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur
tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan
yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang
dinamis.
- Khat
Diwani Mutarabit
Gaya
ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau
bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam
ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam
jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir
merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak
dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini
kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani
- Khat
Diwani Jali
Diwani
Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari
Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal
dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk
menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.
Gaya
penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer
terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip
Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk.
Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya
sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan
dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini
sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang
tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias
2. Khat
Tsuluts
Dinamakan
khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan
ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat
Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang
banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk
kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini
sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang
banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya,
dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun
proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.
Macam-macam
khat tsuluts :
- Khat
Tumar
Khat
yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani
Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang
simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran
besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar
atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat
Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.
- Khat
Muhaqqaq
Penciptanya
adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu
Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya
sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada
perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga
posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.
- Khat
Raihani
Pencipta
khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn
al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini.
Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak
karena keindahan dan popularitasnya.
- Khat
Tawqi'
Tawqi'
artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa
menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh
Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang
dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab.
Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis
sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada
awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran
yang bervariasi.
- Khat
Riqa' atau Ruqa'
Riqa'
jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis
khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari
Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun
yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa'
lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan
penyajian kisah.
- Khat
Tsulusain
Diciptakan
oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani
Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu
yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam
yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit
lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.
- Khat
Musalsal
Diciptakan
oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian
huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan
modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau
berikatan.
- Khat
Tsuluts 'Adi
Pencipta
khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam
beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa
al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang
sulit).
- Khat
Tsuluts Jali
Jali
artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar
anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak
yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan
demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang
bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk
menulis judul-judul dan media seni yang permanen.
- Khat
Tsuluts Mahbuk
Mahbuk
artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian
(husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan
pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu
tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta
memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan.
Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik
di tempat-tempat yang strategis.
- Khat
Tsuluts Muta'assir bil Rasm
Beberapa
khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang
bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara
ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam
visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama
tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf
Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan
gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga
kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk
hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima
dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat
ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia,
binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya
- Khat
Tsuluts Handasi
Gaya
ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris
(handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar
kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.
- Khat
Tsuluts Mutanazhir
Mutanazhir
artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana
yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah
diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya
Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap).
Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.
3. Khat
Naskhi
Naskhi
adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki
sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi
menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku,, koran dan majalah, bahkan
meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih
mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, bahwa
Naskhi membantu penulis menggoreskan penanya dengan cepat, dibandingkan
kaligrafi bergaya rumit semisal Tsuluts, karena huruf-hurufnya yang kecil dan
pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni
huruf-huruf dan keindahan posturnya.
Naskhi
ada dua model, yaitu:
- Khat
Naskhi Qadim
Naskhi
Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas
kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek,
lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya ini semata-mata
karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang telah diletakkan
dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran, ketinggian, tipis
tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk
lengkungannya.
- Khat
Naskhi Suhufi
Naskhi
Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk
hurufnya. Dinamakan Suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan
jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak
putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati bentuk
kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut
Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan
horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek.
Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster dan
judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer, sehingga
jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
4.
Khat
Farisi
Khat
farisi (Ta’liq) memiliki banyak variasi penulisan, sehingga disini
kita mesti mengubah-ngubah posisi pena ketika menulisnya, dimana satu huruf saja
sering memiliki ukuran lebar yang berlainan. Karena itu, keindahan khat gaya
farisi ini sangat bergantung pada kemahiran mengubah-ngubah ujung pena. Seperti
diketahui, beberapa huruf farisi hanya ditulis dengan sepertiga lebar pena saja.
Khat ini
banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian.
5. KHAT Kufi
Gaya
penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal.
Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya
kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan
salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya
penulisan kaligrafi
yang
diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf
yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal.
6. KHAT
Riq'ah
Kaligrafi
gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts.
Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan
sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula
digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya.
Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk
ditulis cepat.
7.
Khat
Ijazah
Tulisan kaligrafi
gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang
dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk
penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Maka guru khat tersebut akan
menuliskan ijazah yang memperakui muridnya adalah orang yang berkelayakkan dalam
bidang seni khat, ia juga digunakan untuk tandatangan sultan dan
kalifah.
MACAM-MACAM
KHAT DAN CIRINYA
A. Macam-Macam
khat dan Cirinya
Diwani
adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani.
Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif.
Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan
Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada
kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan
pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter
Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak
mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani
beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer
menulis dengan Diwani.
Diwani
memiliki tiga macam bentuk, yaitu:
- Khat
Diwani 'Adi
Diwani
'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur
tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan
yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang
dinamis.
- Khat
Diwani Mutarabit
Gaya
ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau
bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam
ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam
jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir
merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak
dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini
kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani
- Khat
Diwani Jali
Diwani
Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari
Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal
dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk
menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.
Gaya
penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer
terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip
Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk.
Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya
sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan
dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini
sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang
tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias
2. Khat
Tsuluts
Dinamakan
khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan
ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat
Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang
banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk
kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini
sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang
banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya,
dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun
proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.
Macam-macam
khat tsuluts :
- Khat
Tumar
Khat
yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani
Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang
simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran
besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar
atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat
Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.
- Khat
Muhaqqaq
Penciptanya
adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu
Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya
sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada
perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga
posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.
- Khat
Raihani
Pencipta
khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn
al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini.
Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak
karena keindahan dan popularitasnya.
- Khat
Tawqi'
Tawqi'
artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa
menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh
Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang
dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab.
Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis
sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada
awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran
yang bervariasi.
- Khat
Riqa' atau Ruqa'
Riqa'
jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis
khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari
Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun
yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa'
lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan
penyajian kisah.
- Khat
Tsulusain
Diciptakan
oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani
Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu
yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam
yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit
lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.
- Khat
Musalsal
Diciptakan
oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian
huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan
modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau
berikatan.
- Khat
Tsuluts 'Adi
Pencipta
khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam
beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa
al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang
sulit).
- Khat
Tsuluts Jali
Jali
artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar
anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak
yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan
demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang
bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk
menulis judul-judul dan media seni yang permanen.
- Khat
Tsuluts Mahbuk
Mahbuk
artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian
(husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan
pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu
tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta
memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan.
Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik
di tempat-tempat yang strategis.
- Khat
Tsuluts Muta'assir bil Rasm
Beberapa
khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang
bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara
ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam
visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama
tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf
Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan
gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga
kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk
hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima
dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat
ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia,
binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya
- Khat
Tsuluts Handasi
Gaya
ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris
(handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar
kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.
- Khat
Tsuluts Mutanazhir
Mutanazhir
artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana
yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah
diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya
Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap).
Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.
3. Khat
Naskhi
Naskhi
adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki
sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi
menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku,, koran dan majalah, bahkan
meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih
mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, bahwa
Naskhi membantu penulis menggoreskan penanya dengan cepat, dibandingkan
kaligrafi bergaya rumit semisal Tsuluts, karena huruf-hurufnya yang kecil dan
pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni
huruf-huruf dan keindahan posturnya.
Naskhi
ada dua model, yaitu:
- Khat
Naskhi Qadim
Naskhi
Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas
kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek,
lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya ini semata-mata
karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang telah diletakkan
dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran, ketinggian, tipis
tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk
lengkungannya.
- Khat
Naskhi Suhufi
Naskhi
Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk
hurufnya. Dinamakan Suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan
jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak
putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati bentuk
kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut
Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan
horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek.
Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster dan
judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer, sehingga
jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
4.
Khat
Farisi
Khat
farisi (Ta’liq) memiliki banyak variasi penulisan, sehingga disini
kita mesti mengubah-ngubah posisi pena ketika menulisnya, dimana satu huruf saja
sering memiliki ukuran lebar yang berlainan. Karena itu, keindahan khat gaya
farisi ini sangat bergantung pada kemahiran mengubah-ngubah ujung pena. Seperti
diketahui, beberapa huruf farisi hanya ditulis dengan sepertiga lebar pena saja.
Khat ini
banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian.
5. KHAT Kufi
Gaya
penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal.
Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya
kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan
salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya
penulisan kaligrafi
yang
diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf
yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal.
6. KHAT
Riq'ah
Kaligrafi
gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts.
Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan
sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula
digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya.
Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk
ditulis cepat.
7.
Khat
Ijazah
Tulisan kaligrafi
gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang
dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk
penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Maka guru khat tersebut akan
menuliskan ijazah yang memperakui muridnya adalah orang yang berkelayakkan dalam
bidang seni khat, ia juga digunakan untuk tandatangan sultan dan
kalifah.