• Featured 1
  • Featured 2
  • Featured 3
  • Latest Posts

    Saturday 18 April 2015

    Sekedar berbagi contoh-contoh karya MTQ.
    Untuk para Pemula,jangan pernah menyesal dan bosan belajar kaligrafi okey. . .  . . .


    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Sekedar berbagi contoh-contoh karya MTQ.
    Untuk para Pemula,jangan pernah menyesal dan bosan belajar kaligrafi okey. . .  . . .


    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Contoh Kaligrafi Hiasan Dekorasi

    Wednesday 15 April 2015

    Ini ada beberapa karya terbaru gan. . . . .
    Ini merupakan karya para Peserta TC Kota Lhokseumawe untuk tingkat provinsi Aceh tahun 2015.

    Mantap kan??



    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Kontemporer putri




    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Hiasan Dekorasi Putra (Si Penulis)


    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Hiasan Mushaf Putri


    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Kontemporer putri

    TC Kota Lhokseumawe Tingkat Porvinsi Tahap Pertama

    Ini ada beberapa karya terbaru gan. . . . .
    Ini merupakan karya para Peserta TC Kota Lhokseumawe untuk tingkat provinsi Aceh tahun 2015.

    Mantap kan??



    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Kontemporer putri




    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Hiasan Dekorasi Putra (Si Penulis)


    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Hiasan Mushaf Putri


    TC Kota Lhokseumawe Tingkst Porvinsi Tahap Pertama
    Kontemporer putri

    Tuesday 3 March 2015

    Panduan Khat Tsulust




    Khat tsulus
    Kaidah huruf Alif,Ba', Ta, Jim, Ha
     
    Khat tsulus
    Kaidah huruf Dha,Tha,'Ain,Fa,Qa

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Ha bersambung dengan Alif

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Ha Tunggal

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Wauw

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Sin bertemu Ya

    Panduan Khat Tsulust

    Panduan Khat Tsulust




    Khat tsulus
    Kaidah huruf Alif,Ba', Ta, Jim, Ha
     
    Khat tsulus
    Kaidah huruf Dha,Tha,'Ain,Fa,Qa

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Ha bersambung dengan Alif

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Ha Tunggal

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Wauw

    Khat tsulus
    Kaidah huruf Sin bertemu Ya

    Hasyim Muhammad Al-Baghdadi

    Hasyim Muhammad Al-Baghdadi                                                Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath lahir di Baghdad pada tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ia beralih mempelajari kaligrafi pada beberapa sekolah dasar (katatib) sejak masih kecil. Pelajaran yang kelak menjadi profesinya itu ia timba dari gurunya Al-Mala Arif Afandi kemudian Al-Mala Ali Darwisy. Pada tahun 1943 mendapatkan ijazah (diploma) dari kaligrafer terkemuka Mullah Ali al-Fadhli (wafat 1948). Kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah Tahsin al-Khuthuth Kairo dan memperoleh ijazah dengan predikat sangat memuaskan, 1944. Pada tahun yang sama ia memperoleh ijazah dari kaligrafer Mesir Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni. Tahun 1946 ia menerbitkan sebuah buku teks dalam gaya tulisan Riq’ah.

    Selanjutnya ia mengunjungi Turki dan memperlihatkan contoh-contoh karyanya kepada kaligrafer terkemuka di negeri itu yaitu Musa Azmi atau yang lebih dikenal dengan Hamid al-Amidi yang memberinya ijazah dua kali yaitu tahun 1950 dan 1952. Pada kali yang kedua Hamid menyatakan bahwa Hasyim Muhammad adalah seorang kaligrafer terbaik dan terkemuka di dunia Islam, dan berkata kepadanya,”Kaligrafi tumbuh di Dar as-Salam (Baghdad) dan kini kembali ke Dar as-Salam, melalui tanganmu.”
    Inilah bunyi teks ijazah yang diberikan Hamid kepadanya:
    “Bismillaahirrahmainirrahiim. Anakku, Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath, telah kusaksikan pada dirimu penuh keyakinan, keikhlasan, dan kecintaan terhadap seni ini yang tidak pernah terhapus sepanjang Islam tegak berdiri. Kuamanatkan padamu, jadilah engkau primadona mereka dan Awwalul Khattatin di dunia Islam. Aku berikan padamu penghargaan setinggi-tingginya, sebab engkau bergerak maju selalu. Ditulis di Asitanah tahun 1371 H.”
    Hasyim mengikuti aliran Baghdad, suatu tradisi kaligrafi yang lebih tua dan klasik warisan ta’shimi, dan meramunya dengan aliran Usmaniyah Turki yang lebih bebas, berani dan modern. Ia dikenal sebagai salah satu kaligrafer khat Tsulus yang terbaik, sebagaimana contoh salah satu tulisannya dalam khat Tsulus sebagai berikut:
    Ia bekerja sebagai kaligrafer pada gubernuran Misahah al-Iraq wa Zamil al-Khattat Muhammad Sabri wa Akhahu hingga akhir hayatnya. Ia mengawasi pencetakan al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin al-Rusydi. Hasyim menyempurnakan beberapa kata yang terlewat, menomori ayat-ayat dan menulis nama-nama surah. Naskah ini pertama kali diterbitkan di Baghdad pada tahun 1951, kemudian dicetak ulang di Jerman (1966), yang memaksanya tinggal di negeri ini selama tiga tahun untuk mengawasi penerbitan tersebut. Edisi ketiganya diterbitkan di Jerman pula tahun 1972.
    Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi dosen kaligrafi di Madrasah al-Funun al-Jamilah (sekolah seni) di Baghdad, kemudian menjadi kepala Departemen Kaligrafi dan Dekorasi Islam sampai meninggal tahun 1973. Selama kurun tersebut ia menerbitkan koleksi kaligrafinya (1961), memuat karya-karya terbaiknya, dengan judul Qawa’id al-Khath al-‘Arabi (Kaidah-kaidah Kaligrafi Arab).
    Hasyim bukan hanya jenius menorehkan huruf dengan media tinta diatas kertas, tetapi juga piawai mengguratkannya ke panel atau media lain yang monumental. Karya kaligrafinya menghiasi bangunan-bangunan umum dan beberapa masjid terkenal di Irak, termasuk Masjid al-Syahid, Masjid Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Masjid Haiderkhana, Masjid al-Muradiah, dan Masjid Buniah. Untuk menghormatinya, pemerintah mendirikan patung di al-Fadhl, sebuah kawasan kuno yang paling diseganinya dan tempat dimana ia dibesarkan. Ia mendisain uang kertas Irak dan beberapa koin untuk Tunisia, Maroko, Libya dan Sudan. Hasyim mengikuti rumus-rumus Yaqut, bahkan seluruh Rumus Turki yang dibaguskan lewat tangannya.
    Hasyim Muhammad hanya memberikan satu ijazah yaitu kepada muridnya Abdul Ghani al-Ani. Ia merencanakan untuk menulis mushaf al-Qur’an dengan gaya tulisannya sendiri yang khas, tetapi ia meninggal sebelum menyelesaikan proyek ini. Bukunya yang memuat beberapa karya terakhirnya dicetak ulang di Baghdad pada tahun 1978. Jenazahnya dimakamkan di Neijf.

    (Dari berbagai sumber)

    Riwayat Hidup Master Khat (Hasyim Al-Baghdadi)

    Hasyim Muhammad Al-Baghdadi

    Hasyim Muhammad Al-Baghdadi                                                Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath lahir di Baghdad pada tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ia beralih mempelajari kaligrafi pada beberapa sekolah dasar (katatib) sejak masih kecil. Pelajaran yang kelak menjadi profesinya itu ia timba dari gurunya Al-Mala Arif Afandi kemudian Al-Mala Ali Darwisy. Pada tahun 1943 mendapatkan ijazah (diploma) dari kaligrafer terkemuka Mullah Ali al-Fadhli (wafat 1948). Kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah Tahsin al-Khuthuth Kairo dan memperoleh ijazah dengan predikat sangat memuaskan, 1944. Pada tahun yang sama ia memperoleh ijazah dari kaligrafer Mesir Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni. Tahun 1946 ia menerbitkan sebuah buku teks dalam gaya tulisan Riq’ah.

    Selanjutnya ia mengunjungi Turki dan memperlihatkan contoh-contoh karyanya kepada kaligrafer terkemuka di negeri itu yaitu Musa Azmi atau yang lebih dikenal dengan Hamid al-Amidi yang memberinya ijazah dua kali yaitu tahun 1950 dan 1952. Pada kali yang kedua Hamid menyatakan bahwa Hasyim Muhammad adalah seorang kaligrafer terbaik dan terkemuka di dunia Islam, dan berkata kepadanya,”Kaligrafi tumbuh di Dar as-Salam (Baghdad) dan kini kembali ke Dar as-Salam, melalui tanganmu.”
    Inilah bunyi teks ijazah yang diberikan Hamid kepadanya:
    “Bismillaahirrahmainirrahiim. Anakku, Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath, telah kusaksikan pada dirimu penuh keyakinan, keikhlasan, dan kecintaan terhadap seni ini yang tidak pernah terhapus sepanjang Islam tegak berdiri. Kuamanatkan padamu, jadilah engkau primadona mereka dan Awwalul Khattatin di dunia Islam. Aku berikan padamu penghargaan setinggi-tingginya, sebab engkau bergerak maju selalu. Ditulis di Asitanah tahun 1371 H.”
    Hasyim mengikuti aliran Baghdad, suatu tradisi kaligrafi yang lebih tua dan klasik warisan ta’shimi, dan meramunya dengan aliran Usmaniyah Turki yang lebih bebas, berani dan modern. Ia dikenal sebagai salah satu kaligrafer khat Tsulus yang terbaik, sebagaimana contoh salah satu tulisannya dalam khat Tsulus sebagai berikut:
    Ia bekerja sebagai kaligrafer pada gubernuran Misahah al-Iraq wa Zamil al-Khattat Muhammad Sabri wa Akhahu hingga akhir hayatnya. Ia mengawasi pencetakan al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin al-Rusydi. Hasyim menyempurnakan beberapa kata yang terlewat, menomori ayat-ayat dan menulis nama-nama surah. Naskah ini pertama kali diterbitkan di Baghdad pada tahun 1951, kemudian dicetak ulang di Jerman (1966), yang memaksanya tinggal di negeri ini selama tiga tahun untuk mengawasi penerbitan tersebut. Edisi ketiganya diterbitkan di Jerman pula tahun 1972.
    Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi dosen kaligrafi di Madrasah al-Funun al-Jamilah (sekolah seni) di Baghdad, kemudian menjadi kepala Departemen Kaligrafi dan Dekorasi Islam sampai meninggal tahun 1973. Selama kurun tersebut ia menerbitkan koleksi kaligrafinya (1961), memuat karya-karya terbaiknya, dengan judul Qawa’id al-Khath al-‘Arabi (Kaidah-kaidah Kaligrafi Arab).
    Hasyim bukan hanya jenius menorehkan huruf dengan media tinta diatas kertas, tetapi juga piawai mengguratkannya ke panel atau media lain yang monumental. Karya kaligrafinya menghiasi bangunan-bangunan umum dan beberapa masjid terkenal di Irak, termasuk Masjid al-Syahid, Masjid Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Masjid Haiderkhana, Masjid al-Muradiah, dan Masjid Buniah. Untuk menghormatinya, pemerintah mendirikan patung di al-Fadhl, sebuah kawasan kuno yang paling diseganinya dan tempat dimana ia dibesarkan. Ia mendisain uang kertas Irak dan beberapa koin untuk Tunisia, Maroko, Libya dan Sudan. Hasyim mengikuti rumus-rumus Yaqut, bahkan seluruh Rumus Turki yang dibaguskan lewat tangannya.
    Hasyim Muhammad hanya memberikan satu ijazah yaitu kepada muridnya Abdul Ghani al-Ani. Ia merencanakan untuk menulis mushaf al-Qur’an dengan gaya tulisannya sendiri yang khas, tetapi ia meninggal sebelum menyelesaikan proyek ini. Bukunya yang memuat beberapa karya terakhirnya dicetak ulang di Baghdad pada tahun 1978. Jenazahnya dimakamkan di Neijf.

    (Dari berbagai sumber)

    Monday 2 February 2015

    MACAM MACAM KALIGRAFI

    MACAM-MACAM KHAT DAN CIRINYA

    A.    Macam-Macam khat dan Cirinya
    1. Khat Diwani

    Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.

    Diwani memiliki tiga macam bentuk, yaitu:  

    1.  Khat Diwani 'Adi

    Diwani 'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.

    1.  Khat Diwani Mutarabit

    Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani

    1. Khat Diwani Jali

    Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.

    Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias[1]
    2. Khat Tsuluts

    Dinamakan khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.


    Macam-macam khat tsuluts :

    1. Khat Tumar

    Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.

    1. Khat Muhaqqaq

    Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.

    1. Khat Raihani

    Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.

    1. Khat Tawqi'

    Tawqi' artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang bervariasi.

    1. Khat Riqa' atau Ruqa'

    Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.

    1. Khat Tsulusain

    Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.

    1. Khat Musalsal

    Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau berikatan.

    1. Khat Tsuluts 'Adi

    Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).

    1. Khat Tsuluts Jali

    Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.

    1. Khat Tsuluts Mahbuk

    Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.

    1.  Khat Tsuluts Muta'assir bil Rasm

    Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya

    1. Khat Tsuluts Handasi

    Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.

    1. Khat Tsuluts Mutanazhir

    Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.

    3. Khat Naskhi

    Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku,, koran dan majalah, bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, bahwa Naskhi membantu penulis menggoreskan penanya dengan cepat, dibandingkan kaligrafi bergaya rumit semisal Tsuluts, karena huruf-hurufnya yang kecil dan pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni huruf-huruf dan keindahan posturnya.

    Naskhi ada dua model, yaitu:

    1. Khat Naskhi Qadim

    Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki. Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya ini semata-mata karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran, ketinggian, tipis tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk lengkungannya.

    1. Khat Naskhi Suhufi

    Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan Suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati bentuk kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek. Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster dan judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer, sehingga jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
    4. Khat Farisi

    Khat farisi (Ta’liq) memiliki banyak variasi penulisan, sehingga disini kita mesti mengubah-ngubah posisi pena ketika menulisnya, dimana satu huruf saja sering memiliki ukuran lebar yang berlainan. Karena itu, keindahan khat gaya farisi ini sangat bergantung pada kemahiran mengubah-ngubah ujung pena. Seperti diketahui, beberapa huruf farisi hanya ditulis dengan sepertiga lebar pena saja. Khat ini banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian. [2]
     
    5. KHAT Kufi

    Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi
    yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal.


    6. KHAT Riq'ah 

    Kaligrafi gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
    7. Khat Ijazah
      
    Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Maka guru khat tersebut akan menuliskan ijazah yang memperakui muridnya adalah orang yang berkelayakkan dalam bidang seni khat, ia juga digunakan untuk tandatangan sultan dan kalifah.

    MACAM MACAM KALIGRAFI

    MACAM MACAM KALIGRAFI

    MACAM-MACAM KHAT DAN CIRINYA

    A.    Macam-Macam khat dan Cirinya
    1. Khat Diwani

    Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.

    Diwani memiliki tiga macam bentuk, yaitu:  

    1.  Khat Diwani 'Adi

    Diwani 'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.

    1.  Khat Diwani Mutarabit

    Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani

    1. Khat Diwani Jali

    Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.

    Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias[1]
    2. Khat Tsuluts

    Dinamakan khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.


    Macam-macam khat tsuluts :

    1. Khat Tumar

    Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.

    1. Khat Muhaqqaq

    Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.

    1. Khat Raihani

    Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.

    1. Khat Tawqi'

    Tawqi' artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang bervariasi.

    1. Khat Riqa' atau Ruqa'

    Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.

    1. Khat Tsulusain

    Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.

    1. Khat Musalsal

    Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau berikatan.

    1. Khat Tsuluts 'Adi

    Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).

    1. Khat Tsuluts Jali

    Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.

    1. Khat Tsuluts Mahbuk

    Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.

    1.  Khat Tsuluts Muta'assir bil Rasm

    Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya

    1. Khat Tsuluts Handasi

    Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.

    1. Khat Tsuluts Mutanazhir

    Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.

    3. Khat Naskhi

    Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam seperti sudut-sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku,, koran dan majalah, bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Dibandingkan dengan gaya lain, Naskhi lebih mudah digunakan untuk mengajari membaca para pemula. Ada kesepakatan, bahwa Naskhi membantu penulis menggoreskan penanya dengan cepat, dibandingkan kaligrafi bergaya rumit semisal Tsuluts, karena huruf-hurufnya yang kecil dan pertemuan secara jelas goresan-goresan memanjangnya, didukung oleh harmoni huruf-huruf dan keindahan posturnya.

    Naskhi ada dua model, yaitu:

    1. Khat Naskhi Qadim

    Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki. Para khattat sekarang secara tradisional menulis dengan gaya ini semata-mata karena mengikuti kaedah dan asal muasalnya yang lama, yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para empu kita dahulu, mencakup ukuran, ketinggian, tipis tebal garis horizontal dan vertikal, sampai bentuk-bentuk lengkungannya.

    1. Khat Naskhi Suhufi

    Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan Suhufi karena penyebarannya yang luas di lapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi Qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, Naskhi Suhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian mendekati bentuk kufi karena memiliki sudut-sudut yang tajam. Makanya gaya ini kerap disebut Naskhi-Kufi atau perpaduan Naskhi dan Kufi dengan ciri-ciri umum sapuan horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan pendek. Naskhi-Kufi yang banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama, poster dan judul-judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia komputer, sehingga jarang atau bahkan tidak pernah digoreskan langsung oleh tangan.
    4. Khat Farisi

    Khat farisi (Ta’liq) memiliki banyak variasi penulisan, sehingga disini kita mesti mengubah-ngubah posisi pena ketika menulisnya, dimana satu huruf saja sering memiliki ukuran lebar yang berlainan. Karena itu, keindahan khat gaya farisi ini sangat bergantung pada kemahiran mengubah-ngubah ujung pena. Seperti diketahui, beberapa huruf farisi hanya ditulis dengan sepertiga lebar pena saja. Khat ini banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian. [2]
     
    5. KHAT Kufi

    Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi
    yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal.


    6. KHAT Riq'ah 

    Kaligrafi gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
    7. Khat Ijazah
      
    Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Maka guru khat tersebut akan menuliskan ijazah yang memperakui muridnya adalah orang yang berkelayakkan dalam bidang seni khat, ia juga digunakan untuk tandatangan sultan dan kalifah.

    Flagcounter

    Flag Counter

    Category

    back to top